Aplikasi video TikTok dari perusahaan ByteDance China disebut telah mempengaruhi proses politik di Malaysia.
Hal ini diketahui dari sebuah laporan yang dilansir dari The Singpore Post, Senin (28/11).
Dalam laporan tersebut, disebutkan jika TikTok dapat mempengaruhi jajak pendapat dalam proses politik di negara Asia. Pemilihan umum terbaru di negara Asia Tenggara, telah dilangsungkan di Malaysia lebih awal setahun untuk menentukan Perdana Menteri Selanjutnya.
Selain itu, disebutkan juga bahwa TikTok telah ikut mempengaruhi suara pemilu di Malaysia lewat konten yang menargetkan kaum muda.
Terlebih Malaysia telah menurunkan batas umur pemilih mulai dari 18 tahun, yang mana pasar TikTok sebagian besar merupakan remaja di usia tersebut.
The Singpore Post menunjukkan bagaimana Kepala Koalisi Perikatan Nasional (PN), Muhyiddin mengeksploitasi banyak sentimen Muslim menjelang pemilihan dan berhasil mendapat dukungan Partai Islam Malaysia (PAS).
Meski tidak hadir dalam TV Nasional, aplikasi TikTok dinilai ikut andil dalam keberhasilan tersebut dan dikhawatirkan menciptakan potensi kerentanan terhadap manipulasi di masa depan.
Meskipun TikTok telah mengklaim mulai mengurangi konten sensitif dan politik yang melanggar pedoman sensor China, namun aplikasi itu masih mengizinkan beberapa badan negara dengan akun terverifikasi seperti kedutaan China di Amerika Serikat.